Problem Kultur Mahasiswa Mutakhir


Mahasiswa adalah tumpuan masyarakat akan peningkatan kualitas sumberdaya manusia di masa depan. Terbukti telah banyak peranan mahasiswa dalam proses kemajuan negari ini. Perubahan sistem pemerintahan yang otoriter tidak bisa dinafikan dari peranan mahasiswa pada waktu itu. Bukan hanya itu saja, mahasiswa juga terus menggiring gerak-gerik pemerintahan yang tidak memihak masyarakat. Tidak wajar kemudia jika mahasiswa dalam hal ini tidak diperhitungkan keberadaanya.

Dari begitu banyak torehan mahasiswa dimasa lalu, masih membekas sampai generasi mahasiswa saat ini. Tapi mengapa seiring perjalanan waktu idealisme yang telah mereka perjuangkan seakan semakin menghilang seiring perjalanan waktu. Seperti mengisyaratkan bahwa mahasiswa yang dulu sangat nampak peran sertanya berbeda dengan masyarakat untuk saat ini. Hingga kemudian sepertinya peran mahasiswa di masyarakat tidak lagi buming seperti di masa lalu.

Saat ini, mahasiswa seperti sudah tidak ingat lagi seperti apa yang telah mereka inginkan ketika mau masuk di perguruan tinggi yaitu menjadi mahasiswa yang ideal. Yaitu mahasiswa yang disamping juga aktif di perkuliahan dengan nilai bagus juga aktif dalam organisasi yang berperan aktif dalam menggiring perjalanan masyarakat, yaitu dalam proses pemberdayaan masyarakat yang cerdas dan berkeadilan.

Sungguh sebuah ironi melihat mahasiswa saat ini. Sangat nampak, mahasiswa saat ini hanya disibukkan dengan kegiatan personal saja, dia tidak lagi prihatin dengan mahasiswa lainnya yang butuh bantuan. Apalagi untuk kepentingan masyarakat yang seakan mereka telah nampak jauh, dan semakin menjauh. Apalah artinya mahasiswa belajar di kampus yang pada hakekatnya untuk meningkatkan derajat manusia, yaitu manusia seutuhnya sedangkan mereka dalam kenyataannya tidak demikian. Lebih parah lagi, seakan pengetahuan yang mereka pelajari tidak ada sangkut pautnya dengan masyarakat. Tidak salah kemudian jika pengetahuan yang mereka pelajari memang talah “melangit”.

Apakah problem mahasiswa ini akan terus berlanjut? Jika ia maka sudah tidak ada harapan lagi bagi masyarakat untuk mendapatkan peran serta mahasiswa dalam kehidupan masyarakat kelak. Lebih-lebih akan menjadi apa nantinya, apabila mahasiswa juga jauh dari harapan orang tua mereka yang mempunyai keinginan ketika dia menyekolahkan anaknya untuk bisa membantu mereka setelah kelulusannya akan tetapi fakta berkata lain, yaitu mereka seakan tidak nampak lagi perhatian mereka terhadap orang tuanya.

Kemerosotan ini setidaknya ada beberapa faktor yang melingkupinya. Diantaranya adalah pertama, kurang membuminya ilmu pengetahuan yang mereka pelajari. Lebih jelasnya, yaitu dalam gelombang ilmu pengetahuan di perguruan tinggi yang lebih dipentingkan adalah ilmu-ilmu yang kurang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Mereka hanya sibuk berdiskusi sama lain, masih mending jika pembicaraan mereka masih dalam taraf ilmiah, akan tetapi nyatanya mereka hanya sibuk membicarakan pacaran, yang terpikirkan di otak mereka bagaimana cara mendapatkan pasangan yang baik, setia, dan cantik/ganteng. Sehingga dari sinilah mereka sudah tidak nampak pembahasan yang mengarah pada keprihatinan terhadap masyarakat sekeliling mereka.

Kedua, hanya memikirkan bagaimana mendapatkan nilai yang tinggi. Ia membuat mahasiswa dengan segala cara untuk mendapatkan nilai yang memuaskan tidak tahu apakah cara yang mereka lakukan benar atau salah. Prilaku-prilaku manipulasi dari sejak mahasiswa sudah nampak, ketika ada ujian mereka tidak peduli meski harus nyotek sana-sini yang penting jawaban mereka memuaskan dosen. Yang ada ada dalam watak mereka bagaimana kuliah bisa rajian tiap hari masuk kampus, khawatir mereka tidak bisa ikut ujian jika absensi mereka tidak mencapai target. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa sudah tidak nampak lagi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

Kita lihat aktivitas mahasiswa saat ini yang hanya pergi kempus setelah itu pulang kekampus, begitulah kegiatan mereka sehari-hari. Berbeda dengan mahasiswa zaman dulu, yang mereka tidak terikat dengan absensi yang sangat mengikat. Sehingga mereka sering nampak dalam kegiatan sosial kemasyarakatan karena mahasiswa tidak terbelenggu dengan semua kebijakan kampus yang cenderung mengekang mereka seperti sekarang ini.

Padahal jika diamati secara cermat, seperti yang diungkapkan Paulo Freire bahwa tujuan pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia bukannya manusia dijadikan budak. Sehingga jika kita ilustrasikan, mahasiswa sekarang seperti telah jadi budak dosen dan kampus itu sendiri. Di sini tidak nampak lagi kebebasan mahasiswa untuk mengespresikan, mahasiswa disetting bagaimana mereka tunduk pada segala kebijakan kampus. Memang sistem inilah yang menyebabkan mahasiswa terjebak dalam lingkaran yang tidak mencerdaskan.

Sistem inilah yang juga menyebabkan mahasiswa tidak kritis seperti mahasiswa seperti yang dulu kita kenal. Yaitu mahasiswa yang pemberontak, yang kritis, yang memberikan perlindungan kepada masyarakat sampai-sampai mahasiswa disegani oleh masyarakat. Akan tetapi ketika mahasiswa seperti sekarang yang tidak lagi menjadi pejuang bagi masyarakat akan hilang kepercayaan masyarakat pada mahasiswa, ini juga yang menyebabkan masyarakat tidak lagi segan pada mahasiswa.

Kita juga lihat prilaku mahasiswa yang tidak lagi bertindak dari hati nurani mereka yaitu demi membela masyarakat yang mendapatkan ketidak adilan, malah mahasiswa kita sering diberitakan terlibat dalam aksi tawuran antara mahasiswa. Terlebih mereka seakan sering digerakkan oleh perseorangan yang membiayai mereka untuk beraksi. Di sinilah hilangnya daya kritis mereka, ketika mereka hanya bisa beraksi jika mereka digerakkan oleh seorang yang memberikan dana pada mereka. Telah nampak pada mereka kehidupan hedonisme yang ada dalam pikiran mereka, segala tindak-tanduk yang mereka lakukan bagaimana mendapatkan uang, tidak peduli apakah yang mereka lakukan benar atau tidak yang penting mereka mendapatkan uang dengan secepat-cepatnya.

Nyali kritis mahasiswa yang dulu sudah tidak nampak lagi pada mahasiswa zaman sekarang. Memang dulu mahasiswa zaman dulu sering meneriakkan kemerdekaan, akan tetapi jerih payah yang telah mereka torehkan ketika negeri ini sudah merdeka tidak dilanjutkan dengan perjuangan yang baru, yaitu menyelamatkan masyarakat yang masih miskin dan tertindak oleh kebijakan para pemerintah yang sering memihak pada kalangan elit. Dengan ketidak berdayaan masyarkat miskin selalu menjadi objek eksploitasi orang-orang berduait.

Akhirnya, harapan penulis adalah dari sekian keprihatinan mahasiswa saat ini akan menemukan jalan keluar. Semoga kekhawatiran tidak benar-benar terjadi dan kalaupun sudah terjadi akan berubah kepada arah yang mencerdaskan masyarakat, menjunjung nilai keadilan dan juga memiliki keprihatinan yang tinggi untuk selalu membantu masyarakat yang membutuhkan. Sehingga negeri ini yang terbangun dengan susah payah tidak di huni oleh orang-orang penghianat terhadap para pejuang terdahulu mereka. Dengan perjuangan para masyarkat dan juga para pemuda pada waktu itu negeri terbangun, dengan tanpa memperhatikan akibat yang akan menimpa pada mereka, sampai-sampai mereka tidak peduli walaupun nyawa mereka yang harus dipertahankan demi terwujudnya Indonesia yang merdeka.

Komentar

Postingan Populer